Sebuah survei digelar di Australia menanyakan pada para orangtua tentang efek Facebook dan Twitter pada anak-anak. 65% orangtua di sana percaya, Facebook dan Twitter membuat anak mereka malas belajar.
Survei tersebut digelar oleh Newspoll untuk Telstra Cyber-safety Research Report. Survei diikuti oleh orangtua yang memiliki anak berusia 10-17 tahun.
Dari survei itu terungkap, mereka yang jadi malas belajar karena Twitter dan Facebook adalah anak berusia remaja 14-17 tahun. Menurut para orangtua, anak-anak mereka jadi teralihkan perhatiannya dari pekerjaan rumah (PR) mereka.
1/4 orangtua yang menjadi responden penelitian itu mengestimasi, anak-anak mereka menghabiskan waktu setidaknya tujuh jam seminggu atau sama dengan sejam setiap harinya menjelajahi situs jejaring sosial.
Melihat hasil survei di atas, ahli internet sehat Dr Martyn Wild memberi saran untuk para orangtua agar menaruh komputer atau laptop di area yang bisa dilihat semua anggota keluarga. Hal itu agar anak-anak yang masih dalam usia sekolah bisa lebih fokus pada pelajaran mereka.
"Biasanya orangtua tidak mengizinkan anak-anak mereka bermain dengan teman sepanjang hari terutama di malam sekolah. Tapi sekarang mereka melakukannya secara online, di depan orangtua mereka sendiri," ujar Dr Wild seperti dilansir Get Parenting.
Agar anak tak kecanduan situs jejaring sosial, solusinya bukan dengan mematikan koneksi internet di rumah. "Tapi terapkan kebiasaan baru yang baik pada anak dan beritahu anak tentang manfaat internet yang sebenarnya," jelas sang ahli lagi.
Namun untuk orangtua yang memiliki anak remaja, orangtua sebaiknya memberikan kepercayaan pada anak untuk menyeimbangkan kehidupan mereka antara sekolah dan bermain. Tentu pemberian kepercayaan ini harus tetap dalam pengawasan apakah memang anak mampu bertanggungjawab atau tidak.
Bagaimana agar orangtua memonitor saat anak menjelajahi internet? Berikut ini tips dari Effendy Ibrahim, Symantec Norton Regional Head of Asia South Region (Internet Safety Advocate), seperti dilansir detikinet:
1. Jadilah orang yang melek teknologi dan berinvestasilah pada piranti lunak keamanan yang komprehensif, terupdate serta berbayar. Sudah tak cukup lagi hanya memiliki solusi antivirus, harus ada juga firewall dua arah, enkripsi password, tollbar anti-phishing dan update rutin. Piranti keamanan yang Anda punya harusnya memiliki fitur berbasis reputasi yang terbaru, agar kemampuan deteksi program jahat barunya jauh melampaui solusi tradisional.
2. Letakkan komputer di ruang keluarga, bukan di kamar pribadi. Jika memakai jaringan nirkabel, amankan dengan password dan jangan biarkan komputer yang tak dikenal mengaksesnya.
3. Bangun sebuah kesepakatan soal penggunaan internet. Seringlah berbincang dengan anak-anak dan buat kesepakatan yang realistis. Lakukan dialog soal siapa, apa dan di mana anak-anak online tapi jangan jadikan ini sebuah interogasi, lakukanlah dengan menyenangkan. Contohnya, dorong semua orang di keluarga untuk membuka situs keamanan seperti Norton Safe Web yang memiliki komunitas yang saling bekerjasama melaporkan situs berbahaya dan phishing. Satu hal lagi, jika diminta 'menyetujui' atau 'menolak' akses sebuah aplikasi ke internet, pastikan bahwa hal pertama yang dilakukan adalah menolaknya kecuali anda benar-benar yakin bahwa situs yang diaksesnya otentik dan aman.
4. Pahamilah Jejaring Sosial. Tahun 2009 adalah tahun terjadinya serangan baik pada situs jejaring sosial dan penggunanya, dan hal ini akan berlanjut di 2010. Dorong anak-anak untuk berhati-hati saat mengklik tautan yang dikirimkan oleh 'teman' mereka -- gaya bahasa yang berbeda, janggal dan tak lazim biasanya menunjukkan itu pesan palsu.
5. Bantu anak-anak melindungi informasi pribadi mereka. Atur pilihan privasi pada level paling ketat. Dorong anak-anak untuk tidak memberikan informasi pribadi tentang dirinya atau orang lain.
6. Lindungi password anak-anak anda. Selalu gunakan password yang kuat dengan kombinasi huruf dan angka, dan ubah secara rutin.
7. Sering-sering periksa rekam jejak penggunaan internet Anda.
8. Luangkan waktu untuk online bersama anak-anak.
9. Ajarkan etika dunia cyber pada anak-anak.
10. Ajari anak-anak untuk memberitahukan pada orangtua, guru atau orang dewasa yang dipercaya jika mereka merasa tak nyaman dengan hal apapun yang mereka lihat di komputer.
http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=86208
Read More
Survei tersebut digelar oleh Newspoll untuk Telstra Cyber-safety Research Report. Survei diikuti oleh orangtua yang memiliki anak berusia 10-17 tahun.
Dari survei itu terungkap, mereka yang jadi malas belajar karena Twitter dan Facebook adalah anak berusia remaja 14-17 tahun. Menurut para orangtua, anak-anak mereka jadi teralihkan perhatiannya dari pekerjaan rumah (PR) mereka.
1/4 orangtua yang menjadi responden penelitian itu mengestimasi, anak-anak mereka menghabiskan waktu setidaknya tujuh jam seminggu atau sama dengan sejam setiap harinya menjelajahi situs jejaring sosial.
Melihat hasil survei di atas, ahli internet sehat Dr Martyn Wild memberi saran untuk para orangtua agar menaruh komputer atau laptop di area yang bisa dilihat semua anggota keluarga. Hal itu agar anak-anak yang masih dalam usia sekolah bisa lebih fokus pada pelajaran mereka.
"Biasanya orangtua tidak mengizinkan anak-anak mereka bermain dengan teman sepanjang hari terutama di malam sekolah. Tapi sekarang mereka melakukannya secara online, di depan orangtua mereka sendiri," ujar Dr Wild seperti dilansir Get Parenting.
Agar anak tak kecanduan situs jejaring sosial, solusinya bukan dengan mematikan koneksi internet di rumah. "Tapi terapkan kebiasaan baru yang baik pada anak dan beritahu anak tentang manfaat internet yang sebenarnya," jelas sang ahli lagi.
Namun untuk orangtua yang memiliki anak remaja, orangtua sebaiknya memberikan kepercayaan pada anak untuk menyeimbangkan kehidupan mereka antara sekolah dan bermain. Tentu pemberian kepercayaan ini harus tetap dalam pengawasan apakah memang anak mampu bertanggungjawab atau tidak.
Bagaimana agar orangtua memonitor saat anak menjelajahi internet? Berikut ini tips dari Effendy Ibrahim, Symantec Norton Regional Head of Asia South Region (Internet Safety Advocate), seperti dilansir detikinet:
1. Jadilah orang yang melek teknologi dan berinvestasilah pada piranti lunak keamanan yang komprehensif, terupdate serta berbayar. Sudah tak cukup lagi hanya memiliki solusi antivirus, harus ada juga firewall dua arah, enkripsi password, tollbar anti-phishing dan update rutin. Piranti keamanan yang Anda punya harusnya memiliki fitur berbasis reputasi yang terbaru, agar kemampuan deteksi program jahat barunya jauh melampaui solusi tradisional.
2. Letakkan komputer di ruang keluarga, bukan di kamar pribadi. Jika memakai jaringan nirkabel, amankan dengan password dan jangan biarkan komputer yang tak dikenal mengaksesnya.
3. Bangun sebuah kesepakatan soal penggunaan internet. Seringlah berbincang dengan anak-anak dan buat kesepakatan yang realistis. Lakukan dialog soal siapa, apa dan di mana anak-anak online tapi jangan jadikan ini sebuah interogasi, lakukanlah dengan menyenangkan. Contohnya, dorong semua orang di keluarga untuk membuka situs keamanan seperti Norton Safe Web yang memiliki komunitas yang saling bekerjasama melaporkan situs berbahaya dan phishing. Satu hal lagi, jika diminta 'menyetujui' atau 'menolak' akses sebuah aplikasi ke internet, pastikan bahwa hal pertama yang dilakukan adalah menolaknya kecuali anda benar-benar yakin bahwa situs yang diaksesnya otentik dan aman.
4. Pahamilah Jejaring Sosial. Tahun 2009 adalah tahun terjadinya serangan baik pada situs jejaring sosial dan penggunanya, dan hal ini akan berlanjut di 2010. Dorong anak-anak untuk berhati-hati saat mengklik tautan yang dikirimkan oleh 'teman' mereka -- gaya bahasa yang berbeda, janggal dan tak lazim biasanya menunjukkan itu pesan palsu.
5. Bantu anak-anak melindungi informasi pribadi mereka. Atur pilihan privasi pada level paling ketat. Dorong anak-anak untuk tidak memberikan informasi pribadi tentang dirinya atau orang lain.
6. Lindungi password anak-anak anda. Selalu gunakan password yang kuat dengan kombinasi huruf dan angka, dan ubah secara rutin.
7. Sering-sering periksa rekam jejak penggunaan internet Anda.
8. Luangkan waktu untuk online bersama anak-anak.
9. Ajarkan etika dunia cyber pada anak-anak.
10. Ajari anak-anak untuk memberitahukan pada orangtua, guru atau orang dewasa yang dipercaya jika mereka merasa tak nyaman dengan hal apapun yang mereka lihat di komputer.
http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=86208