Kehilangan waktu tidur adalah hal yang merugikan dan kerap menjengkelkan. Tubuh bisa cepat lelah, mengantuk, dan konsentrasi menurun. Namun, bagi sebagian orang yang mendapat "keistimewaan", kehilangan waktu tidur satu atau dua jam pada malam hari tampaknya bukan masalah berarti.
Mereka yang mendapat anugerah itu adalah orang-orang yang secara alami tak butuh tidur berlama-lama atau juga disebut dengan istilah short sleeper. Menurut para ahli, orang-orang istimewa ini mengalami mutasi pada gen hDEC2 yang berfungsi mengatur siklus tidur. Mutasi inilah yang membuat mereka tak mengalami masalah walau harus kekurangan tidur.
Beberapa tokoh terkenal yang diyakini merupakan seorang short sleeper antara lain adalah mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, aktor James Franco, dan pebisnis dan ahli kuliner Martha Stewart. Apakah kecenderungan mereka selalu tidur sebentar karena faktor genetik atau karena kemauan keras, hal ini memang belum diketahui secara pasti.
Menurut Ying-Hui Fu, profesor neurologi dari Universitas California San Francisco, AS, mereka yang secara alami memiliki kecenderungan sebagai short sleeper memang memiliki keuntungan secara kompetitif. Walau begitu, mungkin tidak banyak orang di dunia ini mengalami mutasi gen tersebut.
"Sulit untuk mengatakan seberapa sering kasus mutasi ini terjadi," ujarnya.
Di laboratorium tempat ia bekerja, Fu hanya menemukan 20 sampai 30 orang yang mengalami mutasi genetik dan hal itu diyakini memberikan kontribusi terhadap kemampuan tidur mereka yang hanya beberapa saat.
Sebagian besar dari mereka yang mengalami mutasi ini memang terbilang istimewa. Mereka memiliki dua jenis pekerjaan, karier yang sukses, dan menikmati hobi yang beragam.
"Setiap hari, mereka punya dua atau tiga jam waktu luang untuk melakukan sesuatu. Mereka sangat aktif," ujar Fu.
Amy Avery, seorang warga Atlanta, adalah salah satu di antara mereka yang termasuk memiliki keistimewaan itu. Meski belum jelas apakah dia mengalami mutasi gen, Avery mengaku terbiasa tidur hanya dalam empat hingga lima jam setiap malam.
Kendati kerap tidur singkat, Amy tidak memerlukan kopi atau minuman berkafein lain saat bekerja pada siang hari.
"Saya sudah mengalaminya sejak lama. Saya bisa bekerja penuh dan tidak menguap atau kelelahan selama seharian," ujarnya.
Avery setiap hari mampu mengurus keluarganya, tetapi ia juga bekerja dalam waktu penuh sebagai direktur bidang digital pada sebuah perusahaan periklanan. Kedua anaknya yang berusia 2 dan 5 tahun selalu tidur sekitar pukul 09.00 malam dan suaminya pada pukul 10.00 malam. Avery pun dapat mengerjakan tugas rumah tangga, seperti mencuci, setelah anak dan suaminya terlelap. Ia juga menonton televisi, membaca buku, dan menyelesaikan tugas kantornya.
"Saya merasa semuanya berjalan secara alami. Saya masih bisa beraktivitas dalam keadaan segar," ungkapnya mengomentari pola tidurnya.
Kebiasaan tidur singkat juga dialami Dan Nainan, seorang komedian yang tinggal di New York. Pria berusia 29 tahun ini mengaku tidur hanya empat jam setiap malam. Ia selalu menghindari obat-obat resep serta tidak meminum alkohol dan kafein.
"Ini memberikan saya keuntungan. Saya punya 20 persen waktu lebih dibandingkan orang biasa," ujarnya.
Nainan pun tak tahu apakah faktor gen atau tuntutan kerja yang membuat jadwal tidurnya begitu singkat. Ia selalu rutin tidur pada malam hari dan terbangun empat jam kemudian. Dengan waktu luang yang tersedia, ia bisa menyusun materi komedi dan strategi pemasaran.
Problem kurang tidur
Apa yang dialami Nainan belum tentu berlaku bagi yang lain, apalagi bagi mereka yang tubuhnya memerlukan istirahat selama tujuh atau delapan jam. Masalah justru akan muncul ketika kebutuhan tidur tidak terpenuhi.
Para ahli mengingatkan, banyak orang di era modern ini yang kekurangan tidur. Dan bahayanya, mereka seperti bangga dengan hal itu karena seperti menjadi manusia super. Padahal, kekurangan tidur justru akan membawa petaka dan menjauhkan seseorang dari sosok super.
"Anda menjadi lelah. Berjalan pun kelelahan. Penampilan Anda jadi buruk, pikiran menurun, demikian juga dengan konsentrasi," kata dr David Volpi, dokter dari Manhattan Snoring and Sleep Center.
Kurang tidur memang dapat menyebabkan kekalahan pada pengendara, mengantuk, serta buruknya koordinasi tangan dan mata. Dalam jangka panjang, orang yang tidur kurang dari enam jam terbukti memiliki risiko lebih besar mengalami kematian, obesitas, serangan jantung, dan stroke.
Penelitian menunjukkan, sebagian besar manusia membutuhkan waktu selama tujuh hingga delapan jam untuk tidur, dan bahkan beberapa di antaranya perlu sampai 10 jam.
Fu menilai, orang yang terlahir bukan sebagai short sleeper menggunakan hal-hal artifisial sehingga menjadi kurang tidur. "Akibat jangka panjangnya, hal itu dapat memicu masalah kesehatan, seperti risiko penyakit jantung dan kanker," ujarnya.
Saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan apakah risiko kesehatan pada kelompok short sleeper berkaitan dengan kurang tidur.
Pada 2009, dalam sebuah laporan yang dimuat jurnal Science, Fu dan timnya dari Universitas California berhasil mengidentifikasi ibu dan seorang anak perempuannya yang secara teratur tidur sekitar 6,25 jam setiap hari. Hasil tes darah menunjukkan bahwa mereka mengalami mutasi yang memengaruhi siklus selama 24 jam. Fu mengatakan, ada kemungkinan mereka mengalami mutasi genetik yang memengaruhi pola tidur.
"Mereka sangat energik. Empat sampai enam jam itulah waktu tidur mereka yang optimum," ungkap Fu mengomentari mereka yang mengalami mutasi genetik. [kompas] Rivaldi L. Omikron
Read More